Sifat percaya  diri tidak hanya harus dimiliki oleh orang dewasa, tetapi anak-anak juga  memerlukannya dalam perkembangannya menjadi dewasa. Sifat percaya diri sulit  dikatakan secara nyata. Tetapi kemungkinan besar orang yang percaya diri akan  bisa menerima dirinya sendiri, siap menerima tantangan dalam arti mau mencoba  sesuatu yang baru walaupun ia sadar bahwa kemungkinan salah pasti ada. Orang  yang percaya diri tidak takut menyatakan pendapatnya di depan orang banyak. Rasa  percaya diri membantu kita untuk menghadapi situasi di dalam pergaulan dan untuk  menangani berbagai tugas dengan lebih mudah. 
  
Percaya diri bukan merupakan bawaan dari lahir, juga tidak jatuh dari langit. Anak-anak mudah sekali merasa rendah diri, merasa tidak mampu, tidak penting, karena ada banyak hal yang harus dipelajari, dan orang yang lebih tua tampak begitu pandai. Anak-anak memerlukan dorongan dan dukungan secara terus-menerus. Jika orang tua atau guru dapat berperan dengan baik, anak-anak akan memiliki rasa percaya diri. Jika Anda ingin membangun rasa percaya diri dalam diri anak Anda, tak ada istilah terlambat untuk memulai. Anda justru akan memberikan hadiah terbaik untuk anak Anda dan diri Anda sendiri.
Tunjukkan bahwa Anda percaya anak Anda punya kemampuan, dengan memberinya tugas-tugas yang bisa dilakukannya dan menimbulkan rasa ikut memiliki. Sebagai contoh, anak-anak biasanya senang menjawab telepon. Ajari dia cara menjawab telepon yang sopan dan benar. Lalu, beri dia kesempatan untuk melakukannya. Coba juga meminta bantuan anak untuk mengambilkan barang-barang yang akan dibeli di rak pasar swalayan, tentunya barang yang tak mudah pecah, misalnya susu, sabun mandi, dan sebagainya. Tahan diri untuk cepat-cepat turun tangan membantu anak melakukan sesuatu. Membantu boleh-boleh saja, tapi tidak berarti mengambil alih atau langsung ikut campur tangan tanpa dimintanya. Doronglah dia untuk tidak terlalu gampang mengatakan, "Saya tidak bisa," "Saya tak pernah akan bisa," atau "Saya memang bodoh."
![]()  | 
| be confident | 
Untuk anak-anak, rasa percaya  diri membuat mereka mampu mengatasi tekanan dan penolakan dari teman-teman  sebayanya. Anak yang percaya diri mempunyai perangkat yang lebih lengkap untuk  menghadapi situasi sulit dan berani minta bantuan jika mereka memerlukannya.  Mereka jarang diusik. Justru mereka sering mempunyai daya tarik yang membuat  orang lain ingin bersahabat dengannya. Mereka tidak takut untuk berprestasi baik  di sekolah atau untuk menujukkan bahwa mereka memang kreatif. 
Percaya diri bukan merupakan bawaan dari lahir, juga tidak jatuh dari langit. Anak-anak mudah sekali merasa rendah diri, merasa tidak mampu, tidak penting, karena ada banyak hal yang harus dipelajari, dan orang yang lebih tua tampak begitu pandai. Anak-anak memerlukan dorongan dan dukungan secara terus-menerus. Jika orang tua atau guru dapat berperan dengan baik, anak-anak akan memiliki rasa percaya diri. Jika Anda ingin membangun rasa percaya diri dalam diri anak Anda, tak ada istilah terlambat untuk memulai. Anda justru akan memberikan hadiah terbaik untuk anak Anda dan diri Anda sendiri.
 Membangun Rasa Percaya Diri
  
Walaupun sering memprotes  jika merasa dibatasi, anak-anak akan menerima jika mempunyai aturan pasti dalam  bertindak. Jika orangtua terus mengubah rutinitas anak Anda atau tidak konsisten  dalam hal disiplin, anak akan bingung dan bimbang. Misalnya, hari ini aturannya  begini, tapi besok lain lagi. Lusa, anak akan bertanya-tanya, "Sekarang saya  harus bagaimana. Yang seperti kemarin atau seperti kemarin dulu?" 
Tunjukkan bahwa Anda percaya anak Anda punya kemampuan, dengan memberinya tugas-tugas yang bisa dilakukannya dan menimbulkan rasa ikut memiliki. Sebagai contoh, anak-anak biasanya senang menjawab telepon. Ajari dia cara menjawab telepon yang sopan dan benar. Lalu, beri dia kesempatan untuk melakukannya. Coba juga meminta bantuan anak untuk mengambilkan barang-barang yang akan dibeli di rak pasar swalayan, tentunya barang yang tak mudah pecah, misalnya susu, sabun mandi, dan sebagainya. Tahan diri untuk cepat-cepat turun tangan membantu anak melakukan sesuatu. Membantu boleh-boleh saja, tapi tidak berarti mengambil alih atau langsung ikut campur tangan tanpa dimintanya. Doronglah dia untuk tidak terlalu gampang mengatakan, "Saya tidak bisa," "Saya tak pernah akan bisa," atau "Saya memang bodoh."
Satu hal yang penting  orangtua harus menjaga jangan sampai mencap anak "pemalas", "dasar pemalu", "anak  bodoh", dan sebagainya. Memang sebagian anak mungkin tak akan terlalu  menghiraukan kata-kata seperti itu. Tapi sebagian lain akan membangun identitas  dirinya dari komentar-komentar yang negatif ini, meskipun Anda mengucapkannya  secara spontan dan sungguh tidak bermaksud merendahkan dirinya. 
Tanamkan sikap bahwa  berbuat salah bukanlah dosa yang tak terampuni, bahwa nilai seseorang tidak  selalu bisa dihitung berdasarkan kesempurnaan hasil kerjanya. Yang penting bukan  betul atau salah, tapi bagaimana cara dia melakukannya. Jadikan ini sebagai  pedoman untuk diri Anda juga. Hormati dan hargai anak Anda. Jangan mempermalukan  dia di depan teman-teman sebayanya, atau di depan orang dewasa lainnya, atau di  depan umum. Jika anak Anda berbuat salah, panggil dia ke tempat sepi, atau  bicarakan hal itu di rumah. Jika Anda berbicara, gunakan nada suara seperti yang  Anda harapkan akan digunakannya saat ia berbicara. 
Dengarkan anak Anda dan  dorong dia untuk berpikir mandiri. Belajar mempertahankan diri sendiri  memerlukan kekuatan besar. Tempat terbaik untuk berlatih menjadi orang yang  percaya diri adalah di rumah. Hargai ide-ide yang dinyatakannya. Katakan  berulang-ulang kepada anak Anda bahwa Anda percaya dia bisa. Dan bersikaplah  positif di depan orang-orang lain tentang apa yang bisa dilakukan anak Anda.  Dengan cara begitu, anak akan yakin bahwa Anda benar-benar mempercayai  kemampuannya. 
Ciptakan peluang untuk  pengalaman-pengalaman dan tantangan baru. Perluas minat dan keterampilan anak  Anda. Bersedialah menerima usaha yang telah dilakukannya, entah apa pun hasilnya.  Jangan hanya melihat hasil akhirnya saja. Daripada mengatakan kepada anak apa  yang tak boleh dilakukan, lebih baik katakan apa yang boleh dilakukannya.  Misalnya, daripada mengatakan "Kamu tak boleh masuk ke rumah orang tanpa permisi,"  lebih baik katakan, "Kamu boleh masuk ke rumah orang kalau sudah permisi dan  dipersilakan masuk." Sebelum mengomentari perilaku anak yang negatif, pikirlah  dulu dua tiga kali, sambil mengingat untuk selalu menekankan hal-hal yang  positif. 
Sumber : http://www.e-smartschool.com/








0 komentar:
Posting Komentar